Vladimir Putin mengancam menghentikan pasokan gas ke Ukraina.
Rusia menjadi sasaran tembak hujatan dari Eropa dan Barat terkait pencaplokan Crimea di Ukraina. Menanggapi permusuhan ini, Rusia tidak kalah galak. Presiden Vladimir Putin langsung menaikkan harga gas Rusia yang selama ini diekspor ke negara-negara Eropa.Diberitakan CNN, Kamis 10 April 2014, Rusia menaikkan harga gas hingga 81 persen sejak Viktor Yanukovich digulingkan dari kursi kepala negara Ukraina. Bulan lalu, harga gas Rusia yang dijual di Ukraina mencapai US$500 per 1.000 kubik meter.
Ukraina adalah salah satu negara di Eropa yang sangat bergantung pada gas Rusia. Menteri Energi Ukraina Yuriy Prodan memprotes keputusan Putin itu. Upaya Ukraina membujuk Rusia menurunkan harga masih tidak membuahkan hasil.
"Rusia menaikkan harga yang tidak bisa diterima. Tidak ada pembenaran terhadap hal ini dan tentu saja Ukraina tidak bisa menerima harga tersebut," kata Prodan.
Ukraina juga berutang tagihan gas sebesar US$2,2 miliar atau lebih dari Rp25 triliun pada perusahaan gas pemerintah Rusia, Gazprom. Melalui suratnya kepada 18 pemimpin Eropa, Putin mendesak Ukraina untuk membayar utang secepatnya, jika tidak maka pasokan gas akan dihentikan.
"Kami menyadari bahwa ini akan membuat Ukraina kesulitan untuk memenuhi kebutuhan gasnya selama musim semi dan gugur," ujar Putin dalam surat tersebut.
Prodan mengecam ancaman Rusia ini. Dia mengatakan bahwa Putin telah menggunakan gas sebagai senjata untuk menekan musuh-musuhnya. "Ini adalah imbas dari politik. Gas telah menjadi senjata ekonomi bagi Rusia setelah mereka menciptakan perang di Crimea," ujar Prodan.
Prodan mengatakan bahwa walaupun Ukraina hanya memiliki sumber daya gas sendiri yang sangat kecil, namun persediaannya masih cukup untuk tiga bulan ke depan. Namun kesepakatan pembelian gas dari Rusia atau negara Eropa lainnya harus dirampungkan Ukraina sebelum Juli, karena mereka harus menimbun gas untuk pemanasan di musim dingin.
Setelah Crimea, wilayah-wilayah di Ukraina timur juga tengah bergejolak. Para separatis lantang menyuarakan diri pisah dari Ukraina dan bergabung dengan Rusia. Amerika Serikat menuduh Rusia mengirimkan agen-agen mereka ke wilayah-wilayah ini untuk memicu kekacauan. Tentara Rusia juga dilaporkan telah bersiaga di perbatasan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar